Film adalah duniaku. Menjadi pembuat film, penikmat film bahkan memerankan suatu tokoh dalam beberapa film pernah aku lakukan. Semua ini berawal saat aku masih duduk di bangku SMA. Rasa kecintaan akan film mulai tumbuh dalam diriku. Mulai dari membuat film-film pendek yang menurutku konyol sampai film yang ku beranikan ikut dalam berbagai festival yang membuatku naik ke podium juara dan beberapa kali mengalahkan film pendek garapan sutradara-sutradara tekenal sekarang ini.
“Lakukan apa yang kamu suka, teruslah berpositif thinking dan berimajinasilah.”
Ya..aku jatuh cinta pada film. Film membuatku bisa berdiam diri lama-lama untuk mengkhayalkan apa yang inginku khayalkan. Setelah berkhayal aku tuangkan dalam film dan wusss…datanglah uang. Sungguh mengasyikkan. Namun, banyak orang hanya memandang sebelah mata pada bidang ini. Mereka sedikit banyak mempengaruhi ku untuk meninggalkan film, karena menurut mereka bidang ini tidak terlalu menjanjikan. Namun aku tidak menemukan kesenangan selain yang aku temukan di film. Dengan bergelut dibidang film ini aku bisa melakukan apa yang aku suka, berimajinasi secara liar dan tentu saja tetap berpositif thinking.
“Kita ini agent of change jadi jangan ragu untuk membuat gebrakan baru”
Film menurutku adalah kreativitas. Kreativitas adalah kebebasan dan gebrakan baru. Anak-anak muda yang sekarang ini sudah harus ditanamkan untuk lebih mengasah kreativitasnya. Kreativitas berarti efisiensi. Kita harus bisa menghasilakan suatu karya yang membanggakan tanpa harus menunggu bantuan dari pemerintah atau sponsor. Indonesia sebenarnya sudah terbiasa hidup dengan pas-pasan, tertindas, bahkan sudah pernah mengalami korban penjajahan selama 350 tahun dan sampai sekarang masih bisa survive karena sebenarnya bangsa kita adalah bangsa yang kreatif, kreatif bila dalam keadaan terdesak. Semakin terdesak semakin muncul ide-ide untuk keluar dari lubang jarum. Oleh karena itu kia harus bisa memanfaatkan keadaan yang terdesak ini untuk menghasilkan suatu mahakarya.
Aku yakin suatu saat nanti, yah 10 tahun lagilah, Indonesia akan seperti Perancis yang kita tau mereka adalah Negara yang sangat menghargai dan mengapresiasi karya anak bangsanya. Pada saat itu warga Indonesia sudah mulai sadar tentang kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia. Orang-orang khususnya para pemuda mulai melestarikan budaya dan warisan dari para leluhur, mulai dari film-film jaman dahulu, budaya daerah, dan cerita-cerita rakyat. Dan manusia di Indonesia mulai menanamkan rasa perjuangan dan usaha untuk mencapai impian, tidak seperti sekarang yang mau segalanya secara instan. Orang Indonesia juga harus mengalahkan rasa egois dan menghargai orang lain. Teamwork dalam hal ini sangat penting. Seorang pelukis saja tidak bisa menghasilakan lukisan yang sebegitu bagusnya tanpa pembuat kanvas, pembuat catnya dan model yang bersedia “bugil” untuk dilukis. Begitu juga dalam film, saya saja untuk menghasilakan suatu film harus bekerjasama dengan berbagai kalangan. “Dalam movie director misalnya, aku harus memberikan beberapa bagian untuk dikerjakan orang lain, aku memberikan ideku mau dibuat seperti apa film ini nantinya. Semua itu perlu teamwork.” Indonesia tidak lagi egois dengan hanya memikirkan kepentingan pribadi atau kalangan, semuanya bisa bekerjasama dengan baik untuk meraih mimpi bersama.
Wawancaraku dengan Dennis Adishwara J